MAKALAH
KEJUJURAN
Dosen Pengampu : Nasrun M.A
Disusun Oleh :
KELAS PAI D TARBIYAH STAIN SAS BANGKA BELITUNG
Jurusan / Prodi : Tarbiyah / PAI / II D
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2017/2018
KEJUJURAN
Dosen Pengampu : Nasrun M.A
Disusun Oleh :
KELAS PAI D TARBIYAH STAIN SAS BANGKA BELITUNG
Jurusan / Prodi : Tarbiyah / PAI / II D
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2017/2018
---------------
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam adalah agama yang benar. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW untuk meluruskan aqidah dan akhlak umat manusia. Islam mengajarkan kita
bagaimana berprilaku terpuji, baik dalam hidup bermasyarakat maupun dalam bernegara
seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW adalah suri
tauladan yang baik yang patut dicontoh dan diikuti oleh umatnya. Seperti yang
kita ketahui Rasulullah SAW memiliki sifat-sifat terpuji yaitu: siddiq (benar),
amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan) dan Fatonah (cerdas).
Namun pada
kenyataannya di zaman sekarang ini banyak sekali kita melihat orang yang
beragama islam tetapi prilakunya tidak mencerminkan seorang muslim. Contohnya
melakukan tindakan korupsi, kebiasaan mencontek yang dilakukan pelajar pada
saat ujian, berprasangka buruk terhadap orang lain. Perbuatan-perbuatan
tersebut termasuk kedalam perbuatan tercela yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam.
Hal ini akan
membuat generasi penerus bangsa ini bersikap dan berprilaku akhlakul karimah
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Karena dengan akhlak yang terpuji manusia
akan mendapatkan derajat yang tinggi, baik dimata Allah SWT ataupun dengan
sesama manusia. Begitu juga sebaliknya, dengan berakhlak tercela manusia akan
hina derajatnya disisi Allah SWT dan dihadapan manusia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Kejujuran?
2.
Bagaimana Urgensi Sifat Jujur dan Kedudukannya dalam Islam?
3.
Bagaimana Bentuk-bentuk dari Kejujuran?
4.
Bagaimana Pengaruh Jujur dan Kebohongan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Dapat mengetahui apa itu
kejujuran.
2.
Dapat memahami Urgensi Sifat Jujur dan Kedudukannya dalam Islam.
3.
Dapat mengetahui Bentuk-bentuk dari Kejujuran.
4.
Dapat mengetahui Pengaruh Jujur dan Kebohongan.
----------------
----------------
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Kejujuran
Kejujuran merupakan modal utama untuk menjadi manusia baik. Kata
jujur sendiri memiliki pengertian terjadinya keselerasan dan kesesuaian antara
apa yang ada di dalam hati dan yang terungkap melalui lisan maupun perbuatan.
Atau dengan kata lain satunya kata hati, kata lisan dan perbuatan. Jujur
berkonotasi dengan benar yang dalam bahasa arab diistilahkan dengan shidiq
bisa berarti kebenaran dan bisa juga diartikan sebagai kejujuran, hal itu
karena orang yang jujur selalu mengatakan yang sebenar-benarnya.[1]
Kejujuran adalah sifat yang melekat dalam diri seseorang dan
merupakan hal penting untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
Tabrani Rusyan, arti jujur dalam bahasa Arab merupakan terjemahan dari kata
shdiq yang artinya benar, dapat
dipercaya.dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan
kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur
juga disebut dengan kenyataan.[2]
Kejujuran menurut Kamus Besar Bahasa indonesia berasal dari kata “jujur”
yang mendapat imbuhan Ke-an, yang artinya “lurus hati, tidak berbohong, tidak
curang, tulus atau ikhlas”.[3]
Dapat disimpulkan bahwa kejujuran adalah sesuatu pernyataan atau tindakan yang
sesuai dengan faktanya sehingga dapat dipercaya dan memberikan pengaruh bagi
kesuksesan seseorang. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan,
sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang
ada pada batinya.
Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai orang yang
jujur karena dia telah menampakan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia
sembunuyikan (di dalam batinya). Begitu pula orang munafik tidaklah dikatakan
sebagai seorang yang jujur karena dia menampakan dirinya sebagai seorang yang
bertauhid, padahal sebaliknya. Jujur adalah sifat penting bagi islam. Salah
satu pilar mulia dan orang yang berilmu. Oleh sebab itu, sifat jujur sangat
dianjurkan untuk dimiliki setiap umat Rasulullah SAW. Hal ini sesuai dengan
firman Allah.:
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat."(Q.S. An-Nisa: 58)
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”(QS. Al-Anfal: 27)
Dari dua ayat tersebut didapat pemahaman bahwa manusia, selain
dapat berlaku tidak jujur terhadap dirinya dan oran lain, adakalanya berlaku
tidak jujur juga kepada Allah dan Rasul-Nya. Maksud dari ketidakjujuran kepada
Allah dan Rasul-Nya adalah tidak memenuhi perintah mereka. Dengan demikian,
sudah jelas bahwa kejujuran dalam memelihara amanah merupakan salah satu
perintah Allah dan dipandang sebgai salah satu kebajikan bagi orang yang
beriman.
B.
Urgensi Sifat Jujur dan Kedudukannya dalam Islam
Kejujuran
merupakan sifat terpuji dan kunci sukses salam kehidupan sehari-hari. Orang
yang jujur dengan mudah dapat meningkatkan martabatnaya. Salah satu contoh
misalnya sikap Nabi Muhammad SAW sebelum menjadi nabi, ketika beliau diserahi
tugas oleh Siti Khodijah untuk menjalankan usaha dagang.[4]
Karena kejujuran Beliau dalam berdagang. Maka usaha tersebut berhasil dengan
meraih keuntungan yang besar. Disamping itu nama beliau sebagai seorang yang
jujur semakin terkenal dimana-mana.
Kejujuran dapat
mengantarkan kepada kebaikkan dan kebaikkan mengantarkan kepada surga.
Seseorang yang biasa berlaku jujur maka ia disebut shiddiq (orang yang
senantiasa jujur). Sedangkan dusta mengantarkan kepada perilaku menyimpang (dzalim) dan perilaku
menyimpang mengantarkan kepada neraka.
Sesungguhnya
orang yang biasa berlaku dusta, maka ia akan mendapat gelar pendusta. Oleh
karena itu, jujur memiliki peranan penting dalam kehidupan Seseorang baik
sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Kejujuran merupakan kunci sukses
dalam segala hal.[5]
Dengan kejujuran
maka sah-lah perjanjian dan tenanglah hati. Barang siapa jujur dalam berbicara,
menjawab, memerintah (kepada yang ma’ruf), melarang (dari yang mungkar),
membaca, berdzikir, memberi, mengambil, maka ia disisi Allah dan sekalian
manusia dikatakan sebagai orang yang jujur, dicintai, dihormati dan dipercaya.
Kesaksiaannya merupakan
kebenaran, hukumnya adil, muamalahnya
mendatangkan manfaat, majlisnya memberikan barakah karena jauh dari riya’
mencari nama. tidak berharap dengan perbuatannya melainkan kepada allah baik
dalam salatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, diamnya, dan pembicaraannya
semuanya hanya untuk Allah semata, tidak menghendaki dengan kebaikannya tipu
daya ataupun khianat. Tidak menuntut balasan ataupun rasa terima kasih kecuali
kepada Allah.
Menyampaikan
kebenaran walaupun pahit dan tidak memperdulikan celaan para pencela dalam
kejujurannya. Dan tidaklah seseorang bergaul dengannya melainkan merasa aman
dan percaya pada dirinya, terhadap hartanya dan keluarganya. Maka dia adalah
penjaga amanah bagi orang yang masih hidup, pemegang wasiat bagi orang yang
sudah meninggal dan sebab pemelihara harta simpanan yang akan ditunaikan kepada
orang yang berhak.[6]
C.
Bentuk- bentuk Kejujuran
Adapun bentuk, macam pengelompokan kejujuran adalah sebagai berikut:
1)
Jujur niat kemauan
Niat adalah melakukan segala sesuatu dilandasi motivasi dalam
kerangka hanya mengharap ridha Allah SWT. Nilai sebuah amal dihadapan Allah
SWT, sangat ditentukan oleh niat atau motivasi seeorang. Rasulullah SAW dalam
sebuah hadis yang sangat populer menyatakan bahwa sesungguhnya segala amal
manusia ditentukan oleh niatnya. Selain itu, seorang muslim harus senantiasa
menimbang-nimbang dan menilai segala sesuatu yang akan dilakukan apakah benar
dan bermanfaat. Apabila sudah yakin akan kebenaran dan kemanfaatan sesuatu yang
akan dilakukan, maka tanpa ragu-ragu lagi akan dilakukan
2)
Jujur dalam perkataan
Jujur dalam bertutur kata adalah bentuk kejujuran yang paling
populer ditengah masyarakat. Orang yang selalu berkata jujur akan dikasihi oleh
alllah SWT dan dipercaya oleh orang lain. Sebaliknya, orang yang berdusta, meski
hanya sekali apalagi sering berdusta maka akan kehilangan kepercayaan dari
masyarakat. Jujur dalam perkataan adalah bentuk kemasyhur. Setiap
hamba berkewajiban menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan dianjurkan
menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan dengan kebohongan,
kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu.
Ketika
hendak pergi berperang, Rasulullah saw. selalu menyembunyikan maksudnya agar
tidak terdengar oleh pihak musuh karena dikhawatirkan mereka akan siaga untuk
memerangi beliau. Rasulullah saw. bersabda:
"Tidaklah
(dikatakan) pendusta orang yang mendamaikan manusia, berkata baik, dan
menyampaikan (berita) baik." (HR Bukhari dan Muslim)
Seorang hamba wajib jujur ketika dia bermunajat kepada
Tuhannya. Misalkan jika dia berikrar, "Sesungguhnya aku hanya menyembah
Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi," tetapi ternyata hatinya
tidak pernah mengingat Allah swt. dan sibuk dengan kepentingan dunia. Itu
berarti dia telah berbohong. Ini adalah perkara yang berkaitan dengan niat yang
tulus adalah pondasi setiap amal.
Setiap muslim dituntut untuk selalu berkata jujur,
walau pun bercanda. Rasulullah saw. bersabda:
"Aku
akan menjamin rumah dipinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan
walau pun (dalam posisi) benar, dan (aku akan menjamin) rumah di tengah-tengah
surga bagi orang yang meninggalkan kata dusta dalam keadaan bercanda, dan (aku
akan menjamin) rumah di surga yang paling tinggi bagi orang yang berbudi
pekerti tinggi bagi orang yang berbudi pekerti mulia." (HR Abu Dawud;
hadits hasan).[7]
Orang yang
jujur dan berkata benar akan mudah baginya untuk mendapatkan segala kebajikan.
Sedangkan orang yang tidak berbicara benar, hatinya akan menjadi tempat segala
keburukan. Oleh sebab itu allah SWT sangat menekankan masalah berkata benar.
Dalam Al-Qur’an dikataka : siapa yang lebih berkata benar selain allah, berarti
berkata benar adalah termasuk satu sifat Tuhan. Selain itu janji yang diberikan
allah untuk memberikan nikmat dan kemurahan. Ialah orang-orang, diantaranya
yang berbuat dan berkata benar.
عن عبا دة بن ا لصا مت قا ل قال رسول االه –صلي
االه عليه وسلم-:
اضمنوا لي ستا من انفسكم اضمن لكمم الجنة اصدقوا إذا حتدثتم واو فوا
إذوعدتم وأدوا إذ اؤتمنتم واحفظوا فروجكم وغضوا أبصاركم
“Jaminlah kepadaku enam perkara dari diri kalian, niscaya aku menjamin bagi kalian surga, jujurlah jika berbicara, pemihilah jika berjanji, tunaikan jika dipercaya, jagalah kemahian kalian, tunduk-kanlah pandangan, dan tahanlah tangan kalian.” ( HR. Ahmad )
3)
Jujur ketika berjanji
Seorang muslim
yang jujur akan senantiasa menepati janji-janjinya kepada siapapun, meskipun
hanya terhadap anak kecil. Sementara itu, Allah memberi pujian orang-orang yang
jujur dalam berjanji. Dia memuji Nabi Ismail a.s. yang menepati janji-nya
sebagai berikut:
Artinya: “dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan Dia adalah seorang Rasul dan Nabi.”(QS. Maryam: 54)
4)
Jujur dalam bermu’amalah
Jujur dalam niat, lisan dan jujur dalam berjanji tidak akan
sempurna jika tidak dilengkapi dengan jujur ketika berinteraksi atau
bermu’amalah dengan orang lain. Seorang muslim tidak pernah menipu, memalsu dan
berhianat sekalipun terhadap non muslim. Ketika memjual tidak akan mengurangi
takaran dan timbangan. Pada saat membeli tidak akan memperberat timbagan dan
menambah takaran.
5)
Jujur dalam berpenampilan sesuai kenyataan
Seorang yang jujur akan senantiasa menampilkan diri apaadanya
sesuai kenyataan yang sebenarnya.[8]
D.
Pengaruh
Jujur dan Kebohongan
Nilai-nilai
kejujuran memang cukup sulit untuk diterapkan pada setiap orang bila hatinya
sudah dipengaruhi berbagai kepentingan dan keuntungan. Dan memang dalam
berbagai kehidupan sekitar saja mencari hal-hal jujur saja boleh jadi sangat
sulit, apalagi pada masa sekarang ini, mencari orang jujur, ibarat mencari
jarum ditumpukan jerami, sulit sekali. Kejujuran saat ini sepertinya merupakan
harga yang sangat mahal dan langka untuk diketemui. Cobalah lihat berapa banyak
orang yang jujur dinegeri kita ini. Terjadinya krisis yang berkepanjangan di
negeri kita salah satu penyebabnya adalah kita sering meninggalkan hal-hal yang
jujur. Dengan ketidakjujuran mereka bangsa ini jadi terpuruk, dengan
ketidakjujuran mereka orang jadi tidak menghargai hukum, Dengan ketidakjujuran
mereka akhirnya moral tergadaikan. Yang paling mengerikan adalah bahwa ketidak
jujuran bangsa ini sudah menjadi sebuah kesepakatan baik dalam bentuk lembaga
maupun individual.
"Katakan
yang benar walau terasa pahit", saat ini sangat sulit untuk dijalankan,
kita semua terbelenggu dengan sebuah keraguan dan ketakutan dengan ungkapan
seperti itu, ketika kita akan mengungkapkan sebuah kejujuran kita pasti
berfikir akan adanya sebuah resiko. Padahal bagi orang yang sering menerapkan
prinsip-prinsip kejujuran, biasanya mereka terlihat tenang dan damai, mereka
tidak berfikir akan resiko karena mereka tahu bahwa mereka benar, mereka juga
tahu bahwa prinsip seperti ini justru merupakan ajaran hidup yang dipuji oleh
Tuhan, buat mereka kejujuran harus ada, mereka merasa bahwa mereka tidak ada
beban sama sekali dalam hidup ini. Hidup dijalani apa adanya, mengalir seperti
air. Orang-orang yang terbiasa jujur justru banyak yang segan dengan
prilakunya, boleh jadi saat dia hidup tidak dipandang, namun setelah iawafat
orang akan tersu terkenang akan kebaikan dirinya karena ia terkenal dengan
kejujurannya.
Pengaruh
kejujuran bagi orang yang menjalaninya dengan baik sangatlah luar biasa. Orang
yang terbiasa hidup jujur ketika akan melakukan kebohongan tentu akan berfikir
akibat dari kebohongan itu, minimal antara dirinya dengan manusia, lihatlah
contoh negara-negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, semua maju
dengan pesat dalam segala bidang, padahal negara-negara tersebut ada yang tidak
beragama, kenapa mereka maju? karena mereka telah mengedepankan nilai-nilai
kejujuran dalam hidupnya, hanya mungkin yang kurang pada diri mereka hubungan
dirinya dengan Tuhan. Yakinlah bahwa dengan kita menjungjung tinggi nilai
kejujuran hidup kita tidak akan pernah gelisah, apalagi kejujuran itu sangat
diagungkan oleh Tuhan. Ingat para nabi diturunkan dimuka bumi ini semua diperintahkan
oleh Tuhan untuk jujur dalam mengungkapkan kebenaran, mereka dilarang untuk
takut dalam mengungkapkan kebenaran, karena takut adalah merupakan sikap yang
buruk dalam menjunjung tinggi sebuah kejujuran.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pertama, jujur dalam bahasa Arab merupakan terjemahan dari kata shdiq yang artinya benar, dapat dipercaya.dengan
kata lain, kejujuran adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Kedua,
Urgensi dalam Kejujuran merupakan sifat terpuji dan kunci sukses salam
kehidupan sehari-hari. Kejujuran dapat mengantarkan kita kepada kebaikkan dan
kebaikkan mengantarkan kepada surga. Ketiga, bentuk-bentuk kejujuran
yaitu jujur niat kemauan, jujur dalam perkataan, jujur ketika berjanji, jujur
dalam bermu’amalah, dan jujur dalam berpenampilan sesuai kenyataan. Keempat,
pengaruh jujur dan kebohongan yaitu Nilai-nilai kejujuran memang cukup
sulit untuk diterapkan pada setiap orang bila hatinya sudah dipengaruhi berbagai
kepentingan dan keuntungan. Dan memang dalam berbagai kehidupan sekitar saja
mencari hal-hal jujur saja boleh jadi sangat sulit, apalagi pada masa sekarang
ini, mencari orang jujur, ibarat mencari jarum ditumpukan jerami, sulit sekali.
------------------------
------------------------
Footmote
[1] Juwariyah, Hadis
Tarbawi. (Yogyakarta: Teras, 2010)., hlm, 65.
[2] A. Tabrani
Rusyan, Pendidikan Budi Pekerti. (Jakarta: Inti Media Cipta Nusantara,
2006)., hlm, 25.
[3] Muhammad
Arifin, Sifat Perniagaan Nabi. (Bogor: Pustaka Darul Ilmi, 2008)., hlm,
76.
[4] Imam Abdul
Mukmim Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi Membangun Kepribadian Muslim.
(Bandung: Rosdakarya, 2006)., hlm, 181.
[5] Ibid.,
184
[6] A. Tabrani
Rusyan, Op. Cit., hlm, 28.
[7] Imam Abdul
Mukmim Sa’aduddin, Op. Cit, hlm, 188-190
[8] A. Tabrani
Rusyan, Op. Cit., hlm, 38
[9] Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
(Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014) ., hlm, 28
No comments:
Post a Comment