MAKALAH
STUDI AL-QURAN
Dosen Pengampu : Misbahul Munir,M.Hum
Disusun Oleh :
1. Rahmat Nugraha N :1611123
2. Muhammad Irfan S :1611
Jurusan / Prodi : Tarbiyah / PAI / I D
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2016/2017
STUDI AL-QURAN
Dosen Pengampu : Misbahul Munir,M.Hum
Disusun Oleh :
1. Rahmat Nugraha N :1611123
2. Muhammad Irfan S :1611
Jurusan / Prodi : Tarbiyah / PAI / I D
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2016/2017
---------------------------------
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Amtsal Qur’an[1]
Secara etimologi, kata amtsal merupakan bentuk jamak dari matsal yang berarti serupa atau sama. Dilihat dari pola (wazan)nya, kata matsal, mitsl, dan matsil, satu pola dengan kata syabah, syibh, dan syabih . Pengertian Matsal secara etimologi ini ada tiga macam. Pertama, bias berarti perumpamaan, gambaran atau perserupaan. Kedua, bias berarti kisah tau cerita, jika keadaannya sangat menakjubkan. Ketiga, bias berarti sifat, keadaan tau tingkah laku yang menakjubkan. Misal, Firman Allah berikut di jelaskan tentang keadaan dan sifat surga yang sangat mengagumkan.
مَّثَلُ ٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى وُعِدَ ٱلْمُتَّقُونَ فِيهَآ أَنْهَٰرٌ مِّن مَّآءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ وَأَنْهَٰرٌ مِّن لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُۥ وَأَنْهَٰرٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّٰرِبِينَ وَأَنْهَٰرٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَٰلِدٌ فِى ٱلنَّارِ وَسُقُوا۟ مَآءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَآءَهُمْ
(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya? ( QS. Muhammad : 15 )
Secara terminologi, matsal atau amtsal sebagai didefinisikan para ahli sastera adalah ucapan yang banyak disebutkan yang telah biasa dikatakan orang dimaksudkan untuk menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang akan dituju.
Adapun dua pendapat para ahli lainnya dalam pengertian Amtsal;[2]
1. Menurut Istilah ulama ahli bayan, Amstal adalah “Ungkapan majaz yang disamakan dengan aslnya karena adanya persamaan (dalam ilmu balaghah disebut tasybih)
2. Menurut ulama ahli tafsir yaitu ”Menampakkan pengertian yang abstrak salam ungkapan yang indah, singkat, dan menarik, yang mengena dalam jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun majaz mursal”
Misalnya Allah berfirman dalam surat al-Hasyr ayat ke-21 :
وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“……Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Dasar pengembangan ilmu ini adalah Hadits Rasul yang meriwayatkan Baihaqi :” Sesungguhnya al-Qur’an diturunkan atas lima cara : 1. Halal, 2. Haram, 3. Muhkam, 4.Mutasyabih, 5.Amtsal. Oleh karena itu pelajari yang halal dan hindari yang haram, ikuti yang muhkam, dan berimanlah dengan yang mutasyabih, dan ambil dari amtsal” (HR. Baihaqi)
B. Unsur-unsur Amtsal Al-Qur’an [3]
Unsur-unsur amtsal, sebagaimana dalam tasybih, meliputi :
a. Al-Musyabbah (yang diserupakan);
Yaitu sesuatu yang serupakan (menyerupai) musyabbah bih.
b. Adat Tasybih/Alat Tasybih;[4]
Yaitu kaf, mitsil, kaanna, dan semua lafaz yang menunjukan makna perserupaan.
c. Al-Musyabbah bih (asal cerita/tempat menyamakan); dan[5]
Yaitu sesuatu yang diserupai oleh musyabbah.
d. Wajh al-syibh (segi/arah persamaan)
Yaitu pengertian yang sama-sama yang ada pada musyabbah dan musyabbah bih.
Pembahasan terhadap tiga unsur amtsal dengan firman Allah dalam surat yunus ayat 24
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya.........”
المشبة : kehidupan dunia
المشبة به : turunnya air hujan
وجه الشب : perumpamaan kehidupan dunia yang singkat diserupakan dengan wa ktu turunnya hujan yang juga singkat.
Dalam kaidah balaghah, matsal itu harus mencangkup ketiga unsur itu. Demikian halnya dengan amtsal al-Qur’an. Menurut hasil penelitian para penulis al-Qur’an, amtsal, al-Qur’an, baik yang bentuk isti’drah, tasybih maupun majaz mursal, tidak selamanya harus ada musyabih bihnya sebagai yang berlaku dalam amtsal menurut para ahli bahasa dan ilmu bayan
Para ahli bahasa mengindetifikasikan karakteristik matsal sebagai berikut;
1. Mendatangkan makna yang banyak dengan kalimat ringkas;
2. Makna harus tepat (ishabah al-ma’ana);
3. Perumpamaan harus baik (husn al-tasybih); dan
4. Kinayahnya harus indah (jawdah al-jinayah)
Matsal dalam al-Qur’an, selain mencakup karakteristik di atas, juga mencakup kaidah-kaidah akhlak dan nilai-nilai kemanusian, sehingga nilai kandungannya tidak pernah sirna. Adapun pembahasan Alat Tasybih Contohnya dapat dilihat mengenai perumpamaan Allah yang terdapat dalam QS. al-Ankabut ayat ke-41.[6]
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ الَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖوَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ ۖلَوكَانُوا يَعْلَمُونَ
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui''.
Amtsal dalam ayat ini menggunakan tasybih tamtsil, yakni Allah menyerupakan orang-orang kafir mengenai persembahan (peribadatan) mereka terhadap berhala-berhala dengan laba-laba yang membangun rumahnya begitu lemah. Dikatakan tasybih tamtsil, karena wajh alsyibhihnya terdiri dari bentuk yang bertentangan dari yang berbilang.Di sini tampak indah perumpamaan yang dibuat Allah, padahal bahsanya tidak begitu sulit namun makna yang terkandungnya demikian indah.[7]
C. Macam- macam Amstal Al-Qur’an
Orang yang pertama menyusun ilmu amtsal ialah syaikh Abdur Rahman Muhammad bin Husain An-Naisaburi, kemudian Imam abdul hasan bin Ali bin Muhammad al-Mawardi, Ibnul Qayyim, dan Jalaludin As-Suyuthi.[8]
Syeikh Jalaludin as-Suyuthi membagi amtsal dalam al-Qur’an sebagai berikut; 1.Amtsal dzhohir (jelas), 2.Amtsal khafiy (tersembunyi).[9] Sedangkan menurut Mannaa’ Amtsal dalam al-Qur’an ada tiga macam, yaitu amtsal musharrahah, amstal kamimah, dan amtsal mursalah.
1. Amtsal Musharrahah
Amtsal Musharrahah adalah amtsal yang didalamnya dijelaskan dengan lafazh mutsal atau sesuatu yang menunjukan tasybih. Matsal jenis ini banyak terdapat dalam al-Qur’an.[10] Contohnya :
مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ ۖأَعْمَالُهُمكَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ ْ
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. (QS. Ibrahim : 18)
Dalam ayat tersebut al-Qur’an mengumpamakan abu yang ditiup angina, berhamburan hilang ,dan tidak bermanfaat, seperti halnya amal orang-rang kafir kerena hilangnya iman maka amal mereka ridak bermanfaat.
مَثَلُ الْفَرِيقَيْنِ كَالْأَعْمَىٰ وَالْأَصَمِّ وَالْبَصِيرِ وَالسَّمِيعِ ۚهَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا ۚأَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Perumpamaan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran (daripada perbandingan itu)?(QS. Huh : 24)
Dalam ayat tersebut Allah mengumpamakan dua kelompok yang buta, tuli, bisu dengan orang melihat, dan mendengar untuk membedakan antara orang-orang yang menggunakan indera kemanusiaannya dalam menerima iman dalam jiwanya. [11]
2. Amstal kamimah
Amtsal kaminah, yaitu yang didalamnya tidak sebutkan dengan jelas lafadz tamsil (permisalan) tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya[12]. Untuk matsal ini mereka mengajukan sejumlah contoh seperti sabda Nabi “Kama tudaanu” dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan pribahasa ”siapa menanam maka ia akan menuainya” [13]
لا فَارِضٌ وَلا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ
“sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu…” (QS. al-Baqarah 2 : 68)
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.(QS. al-Furqon : 67)
وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلً
dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu…" (QS. al-Isra’ : 110)
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya…” (QS. al-Isra’ : 29)
قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي
“Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)…”(QS. al-Baqarah : 260)
3. Amtsal mursalah[14]
Amtsal mursalah adalah beberapa jumlah yang bebas tanpa lafal tasybih, yakni beberapa ayat al-qur’an yang berlaku sebagai perumpamaan. Contoh amtsal ini dapat dilihat diantaranya dalam Qs.al-Baqarah ayat 216, Al-Isra’ ayat 48, An-Najm ayat 58, Yusuf ayat 51, dan sebagainya.
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Qs.al-Baqarah ayat 216)
انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الْأَمْثَالَ فَضَلُّوا فَلَا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلًا
Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar). (Al-Isra’ ayat 48)
لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ كَاشِفَةٌ
Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. (QS.An-Najm ayat 58)
Dari macam-macam amtsal diatas, amtsal jenis pertama sering digunakan dalam alqur’an dan termasuk jenis amtsal yang sebenarya. Hal ini didasarkan pada suatu berbagai ungkapan dan peristiwa. Sedangkan amtsal jenis kedua dan ketiga masih memrlukan kajian ulang dan harus dutempukan secara proporsional. Salah seorang ulama, ibn Syihab namanya, pernah mengatakan bahwa janganlah kamu membuat amtsal dengan ayat-ayat al-qur’an dan hadis Nabi, baik dalam ukngkapan maupun perbuatan.
D. Tujuan, fungsi ,dan Faidah Amstal Qur’an[15]
Amtsal al-qur’an memberikan kontribusi yang banyak bagi kaum Muslim dalam upaya memahami kandungan al-qur’an. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut;
1. Matsal menonjolkan sesuatu yang abstak dalam bentuk kongkrit yang dapat dirasakan indra manusian sehingga akal dapat menerimanya.pengertian abstrak tidak akan dapat ditangkap oleh hati sanubari kecuali jika dituangkan dalam bentuk idrawai yang dekat dengan pemahaman.
2. Matsal al-quran dapat menyingkapkan hakikat-hakikat dan mengongkritkan sesuatu yang abstrak.
3. Matsal al-qur’an dapat mengumpulkan makna indah lagi menarik dalam ukngkapan yang singkat dan padat sebagai amtsal kiminah dan amtsal mursalah.
4. Mendorong orang untuk giat beramal melakukan al-hal yang dijadikan matsal dalam alquran.
5. Menghindari orang dari perbuatan tercela yang dijadikan perumpamaan dalam al-qur’an, setelah dipahami kejelekan perbuatan tersebut.
6. Memuji orang yang diberi matsal.
7. Menggambarakan dengan matsal itu sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang buruk oleh banyak orang.
8. Amtsal lebih berpengaruh kepada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasehat, lebih kuat dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan diri.
-----------------------------
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. kesimpulan
1. matsal adalah menampakkan pengertian abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik yang tertancap di dalam jiwa, baik dengan betuk tasybih (penyerupaan) maupun majaz mursal (ungkapan bebas).
2. unsur-unsur matsal ada tiga yaitu:
a. al-musyabbah (yang diserupakan);
b. al-musyabbah bih (asal cerita atau tempat menyamakan); dan
c. wajh al-syibh (segi atau arah persamaan).
3. macam-macam amtsal ada tiga, yaitu: amtsal mursalah, amtsal kaminah dan amtsal mursalah.
4. Pengungkapan pengertrian abstrak dengan bentuk kongkret yang dapat di tangkap indera, itu mendorong akal manusia dapat memahami ajaran-ajaran al-qur’an. Karena, pengertian abstrak tidak mudah di serap oleh sanubari, kecuali setelah digambarkan dengan hal-hal yang konkret sehingga mudah di cerna.
------------------
Daftar Pustaka
Supiana dan Muhammad Karman, Ulumul Quran, ( Bandung : Pustaka Islamika, 2002)
Shalahuddin Hamid, Study Ulumul Qur’an, (Jakarta : INTIMEDIA CIPTANUSANTARA,2002)
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Quran II, (Bandung : CV PUSTAKA SETIA,2000)
Al-Qattan Khalil Manna’, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,(Jakarta : Pustaka Lintera Antarnusa,2009)
Footnote:
------------------------
[1] Supiana dan Karman Muhammad, Ulumul Quran, ( Bandung : Pustaka Islamika, 2002), hlm.253
[2] Hamid Shalahuddin, Study Ulumul Qur’an, (Jakarta : INTIMEDIA CIPTANUSANTARA,2002), hlm. 315-316
[3] Supiana dan Karman Muhammad, Ulumul Quran, hlm. 255
[4] Syadali Ahmad dan Rofi’I Ahmad, Ulumul Quran II, (Bandung : CV PUSTAKA SETIA,2000), hlm. 36
[5] Supiana dan Karman Muhammad, Ulumul Quran
[6] Ibid.,256
[7] Ibid.,
[8] Syadali Ahmad dan Rofi’I Ahmad, Ulumul Quran II, hlm. 35
[9] Hamid Shalahuddin, Study Ulumul Qur’an, hlm. 317
[10] Supiana dan Karman Muhammad, Ulumul Quran, hlm. 257
[11] Hamid Shalahuddin, Study Ulumul Qur’an, hlm. 317-318
[12] Al-Qattan Khalil Manna’, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,(Jakarta : Pustaka Lintera Antarnusa,2009), hlm. 406
[13] Hamid Shalahuddin, Study Ulumul Qur’an, hlm. 318
[14] Supiana dan Karman Muhammad, Ulumul Quran, hlm. 262
[15] Ibid., 263
No comments:
Post a Comment